PERUBAHAN FISIOLOGI BERKAITAN DENGAN PENUAAN
Oleh : Yudo Murti Mupangati
Usia Geriatri yang ditandai dengan usia 60 tahun keatas, banyak perubahan – perubahan yang dirasakan. Saya mencoba untuk merangkum perubahan- perubahan apa saja yang terjadi pada seorang usia lanjut yang dapat dikatakan sebagai perubahan fisiologis yang terjadi adalah sebagai berikut :
Perubahan fisiologis pada system pernafasan yang dihubungkan dengan penuaan adalah :
Keadaan no 3 dan no 4 menyebabkan peningkatan kapasitas residual fungsional. 1,2 Keempat faktor diatas menyebabkan peningkatan kerja pernafasan, menyebabkan seorang penderita lansia kurang memiliki cadangan untuk menghadapi infeksi bakteri yang terjadi pada paru. 2
Efek perubahan pada pertahanan saluran nafas pada penuaan adalah :
Penuaan mengakibatkan penurunan elastisitas arteri yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah sistolik. Tekanan darah diastolik akan meningkat sampai usia pertengahan dan kemudian menurun sesudah usia 60 tahun. Penurunan respon vasodilator di perifer akibat stimulasi beta adrenergik juga berperan dalam hipertensi pada usia lanjut. 3
Bertambahnya pembesaran bilik jantung yang disebabkan karena respon terhadap peningkatan tekanan mengakibatkan pembesaran sel dan timbunan jaringan fibrotik. Pembesaran bilik jantung akan mengakibatkan peningkatan ketegangan dinding dan kebutuhan oksigen miokardium dan menyebabkan bilik jantung cenderung untuk kekurangan oksigen. 3,4
Perubahan–perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan sangat mempengaruhi status nutrisi pada lansia. Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi status nutrisi pada lansia meliputi : kualitas dan kuantitas makanan yang didapat yang sangat dipengaruhi oleh pilihan, uang yang digunakan, ketersediaan dan cara mendapatkan makanan. Pilihan juga dipengaruhi oleh status mental, selera makanan dan pendidikan. Selera makan pada lansia sangat dipengaruhi oleh perubahan fisiologi yang berupa menurunnya sensasi lidah dan syaraf pembauan seiring dengan pertambahan usia. Kemampuan untuk mendeteksi dan mendeskriminasi antara manis, asam, asin, dan rasa pahit memburuk pada tiap tingkatan usia lanjut. Rasa ambang untuk rasa asin dan pahit makin lama meningkat dengan perkembangan usia , walaupun untuk rasa manis cenderung menetap. Pada decade Sembilan ambang pembauan meningkat hampir 50 %, mengakibatkan pembauan yang makin buruk. 5,6,7
Adanya kehilangan daerah kortikal abu-abu pada usia pertengahan menyebabkan pengecilan otak, meskipun berapa jumlah hal tersebut yang berperan dalam penuaan sendiri atau terjadinya penyakit degeneratif masih dalam penelitian. Pada tingkat neuron/syaraf sendiri, hubungan kerumitan dari neuron menurun, sintesis zat penghantar menurun, dan enzim yang bertanggung jawab terhadap degradasi postsinap terjadi penurunan. Di samping metabolisme serebral, aliran darah, dan autoregulasi secara umum masih utuh, hilangnya sel syaraf dan berkurangnya zat penghantar menghambat kemampuan otak usia lanjut untuk menyatukan banyak perintah. Hal ini digambarkan sebagai hilangnya kecerdasan. Kehilangan neuronal dan demielinisasi juga terjadi pada medula spinalis. Secara fungsional perubahan reflek pada medula spinalis dan rasa raba yang menurun atau yang penting juga adalah adanya penurunan dalam pengendalian kekurangan oksigen dan kelebihan karbondioksida.
Penurunan dalam fungsi penglihatan dan pendengaran memberikan komplikasi lebih lanjut dari sistem persyarafan untuk mendapatkan dan memproses informasi. Perubahan kombinasi ini dapat menghambat kemampuan usia lanjut untuk mengerti dan memproses informasi.3
Penuaan juga dihubungkan dengan hilangnya sel syaraf dalam sistem syaraf otonom termasuk ganglia parasimpatik dan simpatik, dan terjadi pembentukan jaringan ikat pada syaraf perifer simpatik. Syaraf perifer adrenergik yang hilang dihubungkan dengan gangguan reflek kardiovaskuler.4
Penurunan persyarafan dari otot lurik, diterjemahkan dengan hilangnya motor unit dan penurunan kekuatan, koordinasi, dan kontrol motor. Posisi persendian dan vibrasi juga menurun, dan dalam literatur dikatakan penurunan proses stimulasi nyeri. Lebih lanjut akan memberikan variabilitas antar pasien dalam fungsi sistem persyarafan dan pengalaman nyeri, menyebabkan perubahan dalam subtipe persepsi nyeri tidak diterjemahkan dalam penurunan kebutuhan obat penghilang nyeri pada pasien usia lanjut.3
Penuaan dihubungkan dengan penurunan progresif aliran darah ke ginjal dan hilangnya parenkim ginjal. Pada usia 80 tahun telah terjadi penurunan aliran darah ginjal sebesar 50 %. Hal ini bersama dengan pengecilan kortek ginjal, mengakibatkan 30 % penurunan sel ginjal pada akhir usia pertengahan. Penuaan dihubungkan dengan pengapuran sel ginjal sehingga menyebabkan gangguan fungsi ginjal. Proses ini mengakibatkan penurunan cepat dari permukaan kapiler sel ginjal dan rata-rata fungsi penyaringan sel ginjal. Bagaimanapun karena hilangnya massa otot, penuaan tidak dihubungkan peningkatan serum kreatinin. 3
Konservasi dan pembuangan natrium terganggu pada usia lanjut. Homostasis cairan lebih rumit akibat perubahan mekanisme pengaturan haus dan pelepasan hormon antidiuretik yang mengakibatkan lebih sering terjadinya kekurangan cairan. 3
Penurunan aliran darah renal basal menyebabkan ginjal pada usia lanjut khususnya lebih peka terhadap efek gangguan dari rendahnya curah jantung, terjadinya tensi yang menurun, kekurangan cairan, dan perdarahan.
Efek perubahan distribusi dan efek obat pada komposisi tubuh bervariasi tergantung dari kelarutan obat dalam lemak atau air. Obat yang larut dalam air akan mempunyai konsentrasi serum yang lebih tinggi dan redistribusi yang lebih rendah, sedangkan obat yang larut dalam lemak cenderung mengalami distribusi dan akumulasi yang lebih lebar, disertai dengan pelepasan yang lebih lambat.3,4
Meskipun perubahan komposisi akibat dari perbedaan plasma protein yang berhubungan dengan penuaan dapat memprediksi tentang farmakokinetik yang rumit pada usia lanjut, pada banyak obat turunnya ikatan dengan protein dan peningkatan fraksi bebas berpotensi meningkatkan efek farmakologi obat. Lagipula perubahan curah jantung dan ginjal dan bersihan ginjal dapat mengubah konsentrasi plasma efektif dan lama kerja obat. Hilangnya syaraf dan penurunan zat penghantar dalam sistem syaraf sentral dapat meningkatkan sensitifitas obat. Perubahan farmakokinetik dapat terjadi akibat penuaan yang membuat kesulitan untuk mengidentifikasi efek independen penuaan pada farmakodinamik. Perubahan metabolisme diatas apabila disertai dengan polifarmasi akan menyebabkan lansia cenderung mengalami efek samping obat.3
Perubahan yang terjadi adalah :
Daftar Pustaka.