Oleh dr. Rudy Handoyo, Sp.KFR(K), dr. Nurika Amalina
RSUP dr. Kariadi Semarang
Apa itu skoliosis?
Kata skoliosis berasal dari bahasa Yunani skolios yang berarti bengkok. Skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang berupa lengkungan ke samping/ lateral dengan atau tanpa rotasi tulang belakang.. Jika dilihat dari belakang, tulang belakang pada skoliosis akan berbentuk seperti huruf “C” atau “S”
Skoliosis dapat berupa skoliosis fungsional yang dapat diperbaiki sedangkan skoliosis struktural yang cenderung menetap. Sekitar 15-20% dari kasus skoliosis penyebab awalnya tidak diketahui, serta 80% kasus skoliosis struktural mempunyai etiologi idiopatik dan biasanya ditemukan pada anak-anak atau remaja.
Bagaimana gejalanya?
Gejala-gejala yang paling umum dari skoliosis ialah suatu lekukan yang tidak normal dari tulang belakang. Skoliosis dapat menyebabkan kepala nampak bergeser dari tengah atau satu pinggul atau pundak lebih tinggi daripada sisi berlawanannya. Masalah yang dapat timbul akibat skoliosis ialah penurunan kualitas hidup dan disabilitas, nyeri, deformitas yang mengganggu secara kosmetik, hambatan fungsional, masalah paru, kemungkinan terjadinya progresivitas saat dewasa, dan gangguan psikologis.
Bagaimna cara mendiagnosis skoliosis?
Diagnosis skoliosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan skoliosis, baju pasien harus dibuka agar tulang belakang dapat diperiksa secara langsung. Posisi berdiri dan membungkuk untuk evaluasi bentuk dan derajat kurvatura yang terbentuk pada berbagai posisi. Skoliometer dapat digunakan untuk mengukur sudut kurvatura tanpa foto radiografi.
Pemeriksaan radiografi untuk mengukur sudut kurvatura skoliosis ialah sudut Cobb. Kurva skoliosis dikatakan ringan bila sudut Cobb yang terbentuk <250; sedang, bila 25-450; dan berat, bila >450.
Penatalaksanaan rehabilitasi medik pada skoliosis
Tujuan terapi skoliosis ialah untuk menjaga agar kurvatura yang terjadi tetap terkontrol selama pertumbuhan. Terapi skoliosis dapat berupa observasi; terapi rehabilitasi, yaitu: pemberian modalitas, ortosis/brace, dan latihan; atau terapi invasif seperti operasi.
Indikasi observasi ialah skoliosis dengan sudut kurvatura <250 pada pasien yang masih dalam masa pertumbuhan dan <500 pada pasien yang masa pertumbuhannya telah berhenti. Pemeriksaan dilakukan setiap 6-9 bulan untuk kurvatura <200 dan tiap 4-6 bulan untuk kurvatura >200.
Penggunaan brace direkomendasikan pada skoliosis dengan kurvatura >200 pada pasien yang masih dalam masa pertumbuhan dan dengan progresivitas sebesar 5-100 dalam periode 6 bulan. Pemilihan Milwaukee brace atau Cervico Torakal Lumbo Sacral Orthosis (CTLSO) atau Boston brace oleh dokter berdasarkan indikasi.
Modalitas anti nyeri dapat diberikan untuk mengurangi nyeri punggung akibat skoliosis. Latihan pada pasien skoliosis bertujuan utama untuk mencegah morbiditas sekunder dan mengurangi proses ekstraspinal. Pada kasus skoliosis idiopatik terutama pada pasien yang menggunakan brace, latihan penguatan otot-otot perut dan bokong harus dilakukan untuk mencegah terjadinya atrofi otot. Latihan lingkup gerak sendi fleksor panggul juga harus dilakukan untuk mencegah kontraktur. Latihan yang dilakukan bertujuan untuk memperbaiki postur, meningkatkan fleksibilitas, serta memperbaiki tonus ligamen dan otot. Latihan pernapasan dan pengembangan rongga dada dilakukan untuk meningkatkan kapasitas fungsi paru.
Bagaimana prognosis skoliosis?
Progresivitas skoliosis dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin, ukuran kurvatura saat pertama kali ditemukan, tipe dan rotasi kurvatura, serta usia saat onset skoliosis. Dengan deteksi dini pada pasien yang dicurigai menderita skoliosis dan penatalaksanaan yang tepat, prognosis pasien skoliosis dapat ditingkatkan.
Beri Komentar