Sering saya menerima pertanyaan dari beberapa pasien yang menanyakan tentang kemoterapi dengan banyak ketakutan dan kekuatiran. Baik karena membaca sendiri , melihat penderita kanker yang lain atau mendengar dari tetangga (bahkan tetangga yang juga mendengar dari orang lain lagi, lengkap dengan bumbu-bumbunya yang tambah menakutkan). Belum lagi iklan terapi alternatif terhadap kanker, yang seolah menghadapkan langsung pilihan antara terapi tradisional dan terapi modern (baca: kemoterapi). Setidaknya terapi tanpa rambut rontok, tanpa mual muntah, bahkan terkadang hanya melihat foto penderita pengobatan bisa berlangsung dengan baik, seolah menjadi jimat pamungkas yang dapat memvonis terapi tradisonal/alternatif jauh lebih baik dari terapi modern, tanpa bukti ilmiah yang bisa diajukan, baik angka kesembuhan maupun angka kematiannya. Melalui tulisan ini, semoga sedikit banyak akan mengurangi/menghilangkan kekhawatiran penderita kanker untuk menempuh terapi modern kanker, dimana kemoterapi sebagai salah satu bagian di dalamnya.
Kemoterapi adalah pengobatan atau obat-obatan yang digunakan untuk mengobati penyakit kanker. Pada waktu yang lalu, pengobatan ini disebut dengan chemo. Pembedahan dan radiasi dapat membuang, membunuh dan merusakkan sel kanker di daerah tertentu, tetapi kemoterapi akan bekerja di seluruh sel tubuh, tanpa kecuali. Pengobatan kemoterapi dapat membunuh sel kanker yang telah menyebar , bahkan jauh dari tumor asalnya.
Sebelum dipakai sebagai pilihan terapi yang diakui dalam pedoman terapi dunia , obat kanker yang akan digunakan sudah melalui pengujian ribuan bahkan mungkin jutaan penderita dengan berbagai pengujian tingkat keamanan. Uji binatang dan uji pada manusia mengenai manfaat dan kerugian/efek samping. Saat ini lebih dari 100 jenis obat kemoterapi digunakan, baik secara tunggal, ataupun dengan berbagai kombinasi. Walaupun dapat digunakan secara sendirian, secara umum obat-obat kemoterapi bekerja lebih baik bila digunakan bersama-sama, atau lebih dikenal dengan istilah kemoterapi kombinasi. Kombinasi dari beberapa kombinasi obat dapat bekerja bersama-sama untuk membunuh sel-sel kanker lebih baik dan mencegah resistensi sel kanker terhadap pengobatan yang kita berikan.
Seorang dokter yang berkecimpung di bidang onkologi (kanker) akan memilihkan jenis obat, dosis, bagaimana obat diberikan, berapa sering dan berapa lama seorang penderita menjalani kemoterapi, sesuai dengan jenis kanker dan keadaan kesehatan (status performance dan komorbiditas) seorang penderita.
Tujuan dari kemoterapi yang diberikan disesuaikan dengan tahapan/stadium kanker yang diderita, apakah bertujuan menyembuhkan, memperlambat pertumbuhan sel kanker atau mengurangi gejala yang timbul akibat pertumbuhan kanker. Kemoterapi dapat diberikan secara sendirian, tanpa terapi lain, atau bisa juga diberikan bersama dengan terapi radiasi atau pembedahan. Seorang dokter ahli bidang kemoterapi dapat melakukan kemoterapi untuk memperkecil ukuran tumor, sehingga memudahkan tindakan yang seorang ahli bedah tumor atau tindakan radiasi berikutnya. Kemoterapi juga bisa diberikan setelah pembedahan atau radiasi, untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa. Juga bisa digunakan pada kanker yang timbul kembali, setelah dinyatakan sembuh selama beberapa waktu. Saat kemoterapi diberikan setelah terapi pembedahan, dinamakan terapi adjuvant. Saat kemoterapi diberikan sebelum tindakan pembedahan atau radiasi dinamakan terapi neoadjuvant.
Seringkali seorang penderita datang kepada dokter karena mendengar bahwa kemoterapi yang diberikan memberikan rasa sakit. Kemoterapi tidak memberikan rasa sakit bila diberikan secara hati-hati , dengan cara yang benar. Apabila seorang penderita merasakan nyeri, terbakar , demam menggigil atau kedinginan, segera laporkan kepada dokter atau perawat di ruangan kemoterapi. Pengobatan sebagian besar dilewatkan pembuluh darah layaknya infuse biasa, sehingga pasien biasa melewatkan waktu kemoterapi sambil tidur, membaca ataupun mendengarkan musik/televisi.
Beberapa obat lain memberikan efek yang memperkuat atau menghilangkan efek terapi dari kemoterapi, sehingga sampaikan kepada dokter semua obat yang sedang dikonsumsi saat ini. Sampaikan juga secara jujur dan tepat , penyakit-penyakit lain yang diderita , karena hal ini sangat mempengaruhi pertimbangan dokter untuk memberikan jenis obat yang diberikan.
Seorang penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi sebagian besar dapat menyebabkan penurunan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dalam periode waktu tertentu. Cara terbaik untuk menghindari infeksi adalah dengan cuci tangan baik untuk penderita atau orang yang kontak dengan penderita. Obat-obat kemoterapi memerlukan waktu kurang lebih 48 jam untuk membuang/mengurangi kekuatan obat yang beredar dalam tubuh, lewat air kencing, berak dan lain-lain cairan tubuh, sehingga hati-hati menggunakan toilet bersama (siram dengan baik), cuci tangan dengan baik setelah digunakan di toilet. Hati-hati dengan semua perlengkapan/pakaian yang sekiranya terkena cairan tubuh penderita dalam kurun waktu tersebut.
Hal yang paling ditakuti penderita dalam menjalani kemoterapi adalah efek samping yang mungkin timbul. Tidak hanya obat modern/kemoterapi, setiap obat /bahan yang kita masukkan ke dalam tubuh, pasti mempunyai efek terapi dan efek samping. Obat-obat kemoterapi meskipun bertujuan membunuh sel kanker yang tumbuh dengan cepat, mereka dapat berefek pada sel normal. Walaupun efek samping ini tidak seburuk yang dibayangkan, sering hal ini menakutkan penderita. Sel yang sering mengalami efek samping dari kemoterapi adalah sel-sel darah, sel saluran pencernaan , sel reproduksi dan sel folikel rambut. Beberapa obat kemoterapi dapat mengganggu juga organ ginjal, jantung, liver , paru dan susunan saraf. Mengingat semua efek yang bisa timbul, kemoterapi harus diberikan dengan hati-hati. Efek samping makin lama akan makin berkurang dengan berjalannya waktu, walaupun ragam waktunya tergantung obat yang diberikan. Sehingga sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter agar mendapatkan informasi, penanganan, dan terapi yang jelas dan tepat.
Salah satu hal yang perlu dijaga oleh pasien yang menjalani kemoterapi adalah makanan. Sering pasien mengeluh kehilangan selera makan. Bisa disebabkan mual muntah atau perubahan indera pengecap. Hal ini harus diatasi, karena keadaan tubuh yang tidak segera membaik, berarti memperlambat kemungkinan untuk sembuh dan atau kesiapan menjalani kemoterapi berikutnya. Makanlah sesering mungkin, walaupun jumlah yang dimakan setiap kali makan tidak banyak. Variasi jenis makanan yang dimakan dan makan dengan suasana yang menyenangkan. Makan makanan yang segar (baru dimasak) untuk menghindari kemungkinan infeksi. Bila diare, hIndari makanan yang berserat tinggi , banyak berminyak dan pedas. Hindari juga jenis susu dan produk susu lainnya kalau hal itu bisa menambah diare menjadi lebih buruk.
Perkembangan luar biasa telah banyak terjadi di bidang onkologi, khususnya obat kemoterapi. Macam obat menjadi semakin bervariasi, sehingga seorang dokter maupun penderita bisa memilih obat yang lebih tepat bagi dirinya. Seorang dokter dan seorang pasien sebaiknya menjalin komunikasi yang intens untuk memberikan dan mendapatkan segala hal tentang rencana terapi yang diberikan. Apakah tujuan terapi yang diberikan, akibat atau efek samping yang timbul, berapa lama , bagaimana diberikan dan lain sebagainya. Seorang penderita kanker sebaiknya datang kepada dokter beserta dengan keluarga dan tidak dianjurkan datang sendirian. Salah satu yang menjadi haknya adalah mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan kalau perlu mencatat semua keterangan yang diberikan dokter. Bilamana dirasa perlu seorang pasien berhak untuk mendapatkan informasi pendapat dari dokter yang lain (second opinion).
Semoga tulisan singkat ini dapat memberikan sedikit wawasan dan dapat merubah pandangan menakutkan para pembaca tentang apa itu kemoterapi. Sehingga seorang penderita kanker tidak lagi menghindari kemoterapi yang sudah terbukti secara ilmiah, dan melewati hari-hari pengobatan terhadap sakitnya dengan lebih baik dan pelayanan yang lebih nyaman dan aman.
Beri Komentar